Lebih untung mana, menjadi developer, kontraktor atau supplier?
Mungkin itu yang selama ini menjadi pertanyaan kita. Dalam suatu
perjalanan, di mobil kami pernah membicarakan ini antara saya, teman
saya seorang direktur perusahaan developer properti dan teman satunya seorang kontraktor.
Ada sebuah riset menarik tentang hal ini, kebetulan saya temukan di
www.proyekindonesia.com/. Riset yang menggunakan pendekatan secara
faktuil berdasarkan data rasio profitabilitas operational margin dan ROE
(Return On Equity). Meskipun masih ada beberapa rasio profitabilitas
yang lain. Dua rasio ini dianggap (oleh penulisnya) cukup mewakili.
Dipilih ROE karena ROE adalah indikator utama rasio profitabilitas.
Maksudnya jika ROE baik maka rasio yang lain juga baik. ROE adalah
tingkat pengembalian dari bisnis atas seluruh modal yang ada. Rumus ROE =
Laba bersih / Total Ekuitas (modal). ROE merupakan salah satu indikator
yang digunakan pemegang saham untuk mengukur keberhasilan bisnis yang
dijalani.
Pengen tahu mana yang lebih menguntungkan, menjadi developer, kontraktor ataukah supplier? Mari kita simak hasilnya.
Dalam riset ini, masing-masing antara perusahaan Kontraktor, Developer
(Owner), dan Supplier / Produsen diambil sample. Ini untuk memetakan
kondisi rasio profitabilitas tiga pelaku utama proyek. Data-data diambil
dari laporan keuangan salah satu broker di BEI (Bursa Efek Indonesia).
Adapun metode statistik yang dipakai adalah “rata-rata / average”.
Sample yang diambil pun tidak banyak, hanya beberapa yang mudah-mudahan
mewakili. Kemudian dibandingkan unsur rasio profitabilitas dengan data
tingkat risiko yang mereka hadapi dalam menjalankan bisnis mereka. Kita
lihat saja korelasinya. (Data dalam prosentase).
Berdasarkan data-data di atas, mari kita coba simpulkan beberapa fakta dalam point-point berikut:
1. Rata-rata operational margin, tertinggi Developer dan terendah Kontraktor.
2. Rata-rata ROE, tertinggi kontraktor dan terendah Developer.
3. Operasional margin tertinggi adalah supplier semen disusul
depelover dan yang terendah adalah kontraktor swasta, supplier kabel,
dan kontraktor BUMN.
4. ROE tertinggi adalah produsen semen lalu supplier sanitair merk
TOTO. Sedangkan ROE terendah adalah Produsen Aluminium merk INDAL,
supplier keramik, dan Developer.
5. Perusahaan paling stabil dan tinggi dalam meraih keuntungan
adalah perusahaan produsen semen dan supplier sanitair merk TOTO
6. Perusahaan yang tetap memberikan keuntungan cukup pada masa
krisis keuangan global 2008 adalah Kontraktor BUMN, Supplier semen,
supplier besi rakitan Lionmesh, Supplier sanitair merk TOTO, dan
supplier kaca merk Asahimas
7. Perusahaan paling terpuruk selama masa krisis keuangan global
adalah supplier kabel, supplier aluminium, supplier keramik, dan
kontraktor swasta.
Secara operational keuntungan kontraktor itu kecil. Hal in
mungkin disebabkan oleh banyaknya risiko yang terjadi pada kontraktor.
Penyebab lainnya yang mungkin adalah tingkat kompetisi yang begitu
ketat. ROE lebih tinggi mungkin karena kontraktor tidak memerlukan modal
yang cukup besar dalam menjalankan usahanya. Adanya uang muka dalam
proyek menyebabkan tidak diperlukannya modal yang besar. Lebih tingginya
rasio ROE juga bisa disebabkan adanya penghasilan lain-lain kontraktor
tersebut. Walaupun lebih tinggi dari operational margin, namun ROE
kontraktor masih di bawah rata-rata produsen.
Kontraktor BUMN umumnya sudah mencadangkan biaya risiko (risk
contigency) sekitar 2-5% tergantung dari analisis risikonya di luar
keuntungan. Sehingga jika tidak ada risiko yang terjadi di luar dugaan
atau risiko terkendali dengan baik, maka rencana keuntungannya relatif
terjaga dikisaran 5-10%. Jika ada risiko tinggi yang terjadi, maka
rencana keuntungan akan berubah menurun bahkan merugi. Untuk kontraktor
swasta apalagi menengah ke bawah kemungkinan tidak mencadangkan.
Sehingga ketika terjadi risiko tinggi yang tak terkendali, kontraktor
itu umumnya merugi dan rasio profitabilitas turun.